Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia

0

Di Indonesia, Islam juga memiliki sejarah yang cukup panjang. Banyak kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia. Bahkan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sempat menguasai beberapa wilayah di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan bahkan Thailand. Untuk mengetahui kerajaan apa saja yang merupakan kerajaan Islam di Indonesia, ini dia Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia,

1. Kerajaan Demak
Pada akhir abad XV, Raden Patah, murid Sunan Bonang memaklumatkan berdirinya Kerajaan Islam Demak, lepas dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden Patah diakui sebagai raja pertama Demak dan mendapat gelar Sultan.

Raden Patah wafat pada tahun 1518, digantikan oleh Muhammad Yunus yang juga dikenal dengan nama Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor. Ia mendapat gelar Sultan Demak II.

Pati Unus digantikan oleh pangeran Trenggono. Pada masa pemerintahannya, datanglah Syekh Nurullah atau Fatahillah dari Pasai. Kemudian, Nurullah diangkat menjadi panglima perang dan dinikahkan dengan adik perempuan Pangeran Trenggono.

Karena ancaman Portugis yang bersifat ekonomi dan agama, Demak meluaskan wilayah kekuasaannya ke barat maupun ke timur di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah berhasil menghancurkan benteng pertahanan Portugis. Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1927. Sultan Trenggono wafat dalam pertempuran di Pasuruan. Demak mengalami masa kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Trenggono.

2. Kerajaan Cirebon
Fatahillah berhasil merebut Cirebon dari kekuasaan Kerajaan Hindu Pajajaran. Sebagai penghargaan dari Sultan Trenggono, Cirebon diserahkan kepada Fatahillah yang kemudian diserahkan kepada putranya, Pangeran Pasarean yang wafat pada tahun 1552. Fatahillah kemudian menetap di Cirebon untuk mengendalikan pemerintahan dan menyebarkan Islam.

3. Kerajaan Banten
Fatahillah memerintah Banten tahun 1552, ia pindah ke Cirebon karena putranya, Pangeran Pasarean yang memimpin Cirebon wafat. Sedangkan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin.

Sultan Hasanudin wafat tahun 1570, digantikan dengan putranya, Yusuf. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Hindu Pajajaran dapat ditaklukkan dan penyebaran agama Islam sampai ke pelosok pedalaman. Pangeran Yusuf wafat pada tahun 1580 dan digantikan oleh putranya yang masih muda yakni Maulana Muhammad.

4. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1204 di bawah pemerintahan Sultan Jihan Syah. Pada waktu itu, Aceh belum berdaulat karena merupakan kerajaan kecil yang berada di bawah pengaruh Pedir. Akhirnya, Aceh berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Pedir dan menjadi kerajaan yang berdaulat penuh. Pada waktu itu, Aceh diperintah oleh Sultan Muhayat Syah (1514-1528). Pusat kerajaan dipindah ke Kutaraja. Dalam kurun waktu 4 abad, Kerajaan Aceh dipimpin oleh raja-raja sebagai berikut:
1. Sultan Ali Muhayat Syah atau Sultan Ibrahim.
2. Sultan Salahudin.
3. Sultan Alaudin Riyad Syah.
4. Sultan Hasyim.
5. Sultan Zainal Abidin.
6. Sultan Alaudin Mansyur Syah.
7. Sultan Ali Ri'ayat Syah II
8. Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam.

Aceh mencapai zaman keemasan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1936). Ia adalah orang yang cerdas dan pemeluk Islam yang taaat. Pada masa pemerintahannya, wilayah Aceh semakin luas, yaitu membentangi di pesisir Barat Sumatra sampai Bengkulu dan di pesisir Timur Sumatra sampai Siak. Bahkan, beberapa daerah di Semenanjung Malaya seperti Johor, Kedah, Pahang, dan Patani (Thailand) berhasil dikuasai.

Iskandar Muda bersikap anti penjajah. Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu, Iskandar Muda beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun 1629, ia melakukan serangan besar-besaran terhadap Portugis. Portugis pun ikut menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.

5. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerajaan yakni Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar. Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah.

6. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah, terutama cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Babullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.

Itulah beberapa kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia. Sebenarnya bukan itu saja kerajaan Islam di Indonesia, tapi karena penulis yang penuh kekurangan, penulis hanya bisa menyajikan 6 kerajaan Islam di Indonesia. Semoga wacana di atas bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.


Baca Juga:
Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)